Jumat, Agustus 01, 2008

CERPEN ROJAKI SUG 2007 oleh Desi Astuti

MATA PARANORMAL

SMA NEREGI 2 NGAGLIK SLEMAN YOGYAKARTA

“Tulit...tulit...tulit” suara sirine ambulan memecahkan keheningan malam. Sebuah rumah sakit di Jakarta dikejutkan dengan kabar perampokan dan penganiayaan. Ternyata kabar itu memang benar. Sesosok tubuh yang cukup besar berbaju hitam terkulai lemas pada gerobak rumah sakit itu, dengan luka menganga di perutnya dan darah terus mengalir, sebut saja Arnold. Ia tanpa tenang, di kanan kirinya terdapat perawat yang akan membawanya ke ICU untuk diberikan pengobatan lebih intensif, di depannya telah ada dokter yang ahli. Dalam perjalanan ke ruangan tersebut, ia sempat berpesan kepada dokter bahwa ia ingin menyumbangkan matanya untuk orang yang membutuhkan.
Operasi itu berjalan selama dua jam, namun sayang nyawa Arnold tidak bisa diselamatkan, dokter langsung memberitahukan hal ini kepada keluarga Arnold. Mereka sempat shok dan awalnya mereka tidak setuju pernyataan dokter untuk mendonorkan matanya mengingat Arnold telah berwasiat kepada dokter, maka pada akhirnya mereka pun menyetujuinya. Dokter melakukan operasi yang kedua untuk mengambil kedua mata Arnold.
Dua hari kemudian datanglah seorang gadis berpakaian serba mewah, dihiasi gemerlapnya kilauan kalung permata yang ia ikatkan pada lehernya, rambutnya sebahu tergerai, dia memegang tongkat sebagai penunjuk jalannya. Dia didampingi seorang lelaki separuh baya yang berpenampilan layaknya seorang direktur sebuah perusahaan. Ia memakai jas dan tatapan matanya menunjukan kasih sayangnya terhadap gadis itu, yang berada di samping kananya. Gadis itu adalah putri dari seorang pengusaha yang kaya. Ternyata yang ada di sampingnya adalah ayahnya. Mereka datang ke rumah sakit ini untuk mengoperasi matanya yang buta. Para dokter segera mengoperasi matanya karena mereka telah membuat janji dengan gadis itu sebut saja Amanda. Mereka menggganti Amanda dengan nama Arnold.
Setelah kurang lebih dua minggu perban mata Amanda pun dibuka. Dia mencoba beradaptasi. Awalnya dia merasa senang dapat melihat dunia dengan matanya yang baru. Namun, kebahagiaan itu mulai surut ketika ia mulai melihat sesuatu yang aneh. Awalnya ia melihat anak kecil yang senang bermain di depan rumahnya. Anak kecil itu berwajah pucat. Amanda mulai penasaran, ia mencoba bertanya kepada anak itu, namanya siapa? Rumahnya di mana? Anak kecil itu hanya menjawab.
“Orang tua saya tinggal di sini!
“Nama kamu siapa?”
“Saya tidak punya nama,” jawabnya sambil lari dan akhirnya menghilang.
Amanda heran dan ia mencoba bertanya kepada orang tuanya.
“Yah, memangnya orang yang punya rumah ini dulu punya anak kecil ya.”
“Sejak dulu ini rumah ayah dan ibu kamu.”
“Jadi siapa anak kecil yang bermain di halaman rumah tadi, ya,” katanya dalam hati.
Dulu memang sebelum kamu lahir telah ada seorang anak laki-laki, ia adalah kakakmu Manda, tapi setelah ia berumur lima tahun ia meninggal karena tifus kemudian ibumu pun meninggal karena kecelakaan. Ayah Amanda bercerita tanpa sadar air matanya pun menetes.
“Sudah tidur sana, sudah malam!” perintah ayah.
“Ok bos.”
Di kamarnya, Amanda terus mengingat cerita ayahnya kalau dihubungkan dengan anak kecil yang tadi, main di halaman rumahnya tadi sangat tepat. Bulu romanya mulai berdiri jika mengingat hal itu. Keesokan harinya, ia melihat anak itu kembali. Dengan rasa takutnya, ia mendekati anak itu lagi dan bertanya.
“Apa kamu putra ayah yang meninggal?”
“Ya.” jawabnya sambil berlari dan akhirnya menghilang.
Sejak kejadian itu, Manda penasaran apakah benar ia melihat makhluk halus dengan matanya. Ia bertanya kepada dokter yang mengoperasi matanya.
“Dokter, sebenarnya mata ini milik siapa?”
“Sebenarnya mata itu milik paranormal yang bernama Arnold.”
Puaslah Amanda mendengar keterangan dokter. Jadi, ia benar-benar bisa melihat benda-benda gaib.
Awalnya, ia merasa takut karena semakin lama matanya mulai melihat banyak kejadian-kejadian aneh, seperti orang tanpa kepala-lah, ini-lah, itu-lah. Tapi lama-kelamaan ia terbiasa dengan hal-hal seperti itu. Dengan demikian, ia jadi tidak penakut lagi.
UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA
MELALUI PENDEKATAN PROSES PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 9 YOGYAKARTA


oleh Rojaki
NIM 04201244040

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan upaya peningkatan kemampuan menulis naskah drama melalui pendekatan proses pada siswa kelas XI IPA I SMA Negeri 9 Yogyakarta.
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA I SMA Negeri 9 Yogyakarta yang berjumlah 36 siswa. Penelitian ini difokuskan pada penerapan pendekatan proses dan peningkatan kemampuan menulis naskah drama dengan menerapkan dua siklus tindakan, masing-masing tindakan terbagi atas empat tahapan yaitu: perencanaan, pelaksanaan, refleksi, dan evaluasi. Data diperoleh dengan teknik pengamatan, catatan lapangan, wawancara, angket, dokumentasi, tes menulis naskah drama pada setiap siklusnya.Data dianalisis secara kualitatif dan kuantitaif. Kriteria keberhasilan penelitian ini adalah dilihat dari adanya perubahan- perubahan ke arah perbaikan, baik terkait dengan guru maupun siswa. Keberhasilan ini dilihat dari dua kriteria keberhasilan yaitu keberhasilan proses dan produk.
Hasil penelitian ini menunjukkan sebagai berikut. Pertama, pendekatan proses dalam meningkatkan kemampuan menulis naskah drama pada siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri 9 Yogyakarta mendapat tanggapan positif dari guru dan siswa yaitu guru memberikan apresiasi yang tinggi terhadap pembekajran menulis naskah drama melalui pendektan proses. Sedangkan bagi siswa, Penerapan pendekatan proses menjadikan pembelajaran yang menyenangkan dan siswa lebih bergairah dalam mengikuti pembelajaran menulis naskah drama tersebut. Kedua, pendekatan proses mampu meningkatkan kemampuan menulis naskah drama pada siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri 9 Yogyakarta. Nilai rata-rata menulis naskah drama sebelum diberikan tindakan yaitu 56.66, sedangkan pada siklus I diperoleh rata-rata nilai siswa 80.88, dan pada siklus II diperoleh nilai rata rata 88. 44. Selain itu, peningkatan juga terjadi pada setiap aspek dalam penulisan naskah drama sampai dengan siklus II peningkatan terjadi yaitu meliputi: aspek dialog 30%, pada aspek penokohan dan perwatakan mencapai 29 %, pada aspek latar dan teks samping mencapai 38.80 %, pada aspek alur cerita mencapai 31.20 %, dan aspek yang terakhir yaitu amanat mencapai 30 %.

KATA PENGANTAR SKRIPSI KU

KATA PENGANTAR SKRIPSI ROJAKI (04201244040)
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2008
Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang, atas segala limpahkan rahmat dan hidayah-Nya, akhirnya dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Upaya Peningkatan Kemampuan Menulis Naskah Drama melalui Pendekatan Proses pada Siswa Kelas XI IPA I SMA Negeri 9 Yogyakarta” untuk memenuhi salah satu persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.
Dalam penulisan skripsi ini dapat diselesaikan karena bantuan dari beberapa pihak, untuk itulah saya sampaikan ucapan terima kasih secara tulus kepada Rektor UNY, Dekan FBS, Ketua Jurusan PBSI yang telah memberikan kesempatan dan kemudahan kepada saya.
Rasa hormat, terima kasih, dan penghargaan setinggi-tingginya saya sampaikan kepada kedua pembimbing, saya yaitu Bapak Dr. Suroso dan Bapak Anwar Efendi, M. Si yang penuh kesabaran dan kearifan telah membimbing mengarahkan, dan dorongan di sela-sela kesibukkanya.
Terima kasih juga saya sampaikan kepada dosen Fakultas Bahasa dan Seni untuk curahan ilmu yang diberikan selama menempuh pendidikan di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dari semester satu hingga semester akhir ini.Terima kasih juga saya sampaikan kepada Bapak Kepala SMA Negeri 9 Yogyakarta yang telah memberikan izin penelitian dan juga guru bahasa Indonesia, Bapak Sarif Hidayat, S. Pd yang telah berkerjasama dalam penelitian ini. Teruntuk Bapak Edy Siswanto, S. Pd (Abahku) di SMA Negeri 1 Pegelaran, Tanggamus, Lampung yang senantiasa memberikan semangat dan motivasinya, sehingga Ananda dapat seperti ini. Terimakasih ya Abah untuk semuanya, Jaki bangga dan sayang punya Abah yang baik dan selalu memberi motivasi dan semangat pada ananda ini.
Saya sampaikan juga rasa bangga untuk teman seperjuangan PBSI angkatan 2004 kelas GH di antaranya Amlika N.F.L, Tri Wahyono, Nurvia Ariyanti, Siti Nurhayati, Yulia Lesatri, Atika (adindaku), Wahyu Bowo Saputro, Arista, Mega Seksi, Titis Wicaksono Raharjo dan kawanku semuanya (Manunggal Roso) yang tidak dapat disebutkan satu persatu..
Teman-teman kos DT, Jokost dan kos 6 A di antaranya Kukuh Sugandhi, Noufal, Adityas, Diqi, Faisol Al Hadid. Afit, Taufik, Erwin Abdilah, Akang Sarif, Furqon, Rahmat N, Anand, Kang Daryanto, Fuad, Mas Septa, Asep Marwan , Mas Dede, Adnan, Agung Sutopo, Supriyadi, Didi, Dedy Sulistyo Nugroho, Afit Fahrudin, Akang Sahdan, Galuh Ambar Sasi, Erni Suhaeni, Firman, (Arthur, Feris) akhirnya kita jadi sajana ya frend, Otoy, Fauzan terima kasih untuk semangatnya semua sehingga saya dapat menyelesaikan sekripsi ini dengan lancar.
Teman-teman seperjuanganku di BEM FBS 2005 (Keso Mania; Mba Dyah, Lisa, Rinanti, adnand Agustinanto, Jaki) dan BEM REMA UNY 2006-2007, rekan-rekan UKF Al Huda FBS UNY, dan Kelauaga Besar Pelajar Mahasiswa Tanggamus, Lampung Yogyakarta 2007-2008.
Terakhir kalinya saya mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya untuk ibuku (mamah) tercinta di Lampung dan Abahku (alm.) yang senantiasa mendoakanku dan perjuangannya sehingga Ananda dapat kuliah di Universitas Negeri Yogyakarta dan juga kakakku di Jakarta (Mba Jum, Kak Herman, Mas Paijo, Mba Fani dan Mas Dodo yang jauh di negeri seberang) semoga sukses untukmu. Teruntuk dek Deka Kurnia yang selalu memberiku semangat dalam menyelesaikan skripsi ini dan mejadikan saudara dan semoga persaudaraan ini tidak akan putus meskipun ada jarak dan waktu yang kan memisahkan nantinya, Ucapan terima kasih untuk keluarga Mas Dwi di Magelang (Mba In, Mas Davi, mas Budi, Mba Qoni, Dek Rizal, Manda, Rian, Novi, Bapak dan Ibu yang sekiranya menerima saya sebagai bagian dari keluarga di Magelang. Yogyakarta, 1 April 2008
Penulis,

Rojaki

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)


A. IDENTITAS
NAMA SEKOLAH : SMAN 9 Yogyakarta
MATA PELAJARAN : Bahasa Indonesia
KELAS, SEMESTER : XI/ I
STANDAR KOMPETENSI :
Membaca
3. Memahami ragam wacana tulis melalui kegiatan membaca cepat dan membaca intensif.
KOMPETENSI DASAR : 3.1 Menemukan perbedaan paragraf induktif dan deduktif melalui kegiatan membaca intensif.
INDIKATOR :
1. Menemukan paragraf yang berpola induktif
2. Mengidentifikasi ciri-ciri teks yang berpola induktif
3. Menemukan paragraf yang berpola deduktif
4. Mengidentifikasi ciri-ciri paragraf yang berpola deduktif
ALOKASI WAKTU : 2 X 45 menit

B. TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan pembelajaran yang diperoleh adalah
1. Siswa mampu menemukan paragraf yang berpola induktif
2. Siswa mampu mengidentifikasi ciri-ciri teks yang berpola induktif
3. Siswa mampu Menemukan paragraf yang berpola deduktif
4. Siswa mampu Mengidentifikasi ciri-ciri paragraf yang berpola deduktif

C. MATERI AJAR
Paragraf deduktif dan induktif merupakan pola paragraf yang bisa dijadikan sebagai dasar dalam pengembangan gagasan utama. Dengan kata lain, sebuah gagasan utama bisa dikembangkan menjadi sebuah paragraf dengan pola deduktif atau induktif.


1. Ciri-ciri Paragraf Deduktif dan Induktif
a. Ciri paragraf deduktif
Paragraf deduktif merupakan paragraf yang kalimat utamanya terletak pada awal paragraf. Selanjutnya, kalimat utama tersebut dijabarkan menjadi beberapa kalimat penjelas. Hubungan antara kalimat utama dengan kalimat penjelas harus koheren dan terpadu. Isi kalimat penjelas tidak boleh menyimpang dari isi kalimat utama.
Contoh:

Berdasarkan uraian dan contoh di atas maka dapat disimpulkan bahwa cirri-ciri paragraf deduktif adalah sebagai berikut.
1. Kalimat utamanya terletak pada awal paragraf
2. Kalimat utama dijabarkan ke dalam beberapa kalimat penjelas

b. Ciri paragraf induktif
Paragraf induktif merupakan paragraf yang kalimat utamanya berada pada bagian akhir. Kalimat utama pada paragraf induktif biasanya menggunakan konjungsi (kata penghubung) penyimpul antarkalimat, seperti jadi, maka dengan demikian, akhirnya, dan karena itu. Akan tetapi, kebiasaan ini bukan sesuatu yang mutlak sebab banyak juga kalimat utama yang tidak perlu didahului konjungsi tersebut.
Contoh:


Beradasarkan uraian dan contoh di atas maka dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri paragraf induktif adalah sebagai berikut.
1. Kalimat utama terletak pada akhir paragraf.
2. Kalimat penjelas berupa fakta-fakta atau bukti-bukti.
3. Kalimat utama ditandai dengan penggunaan konjungsi penyimpulan antar kalimat, seperti: jadi, maka, dengan demikian, akhirnya, dan karena itu.
2. Menyusun Kerangka Paragraf yang akan Ditulis
Sebelum menulis karangan, buatlah kerangka karangan terlebih dahulu. Tujuannya agar karangan menjadi lebih terarah dan sistematis. Sama halnya ketika akan menulis paragraf deduktif dan induktif. Tentukan gagasan utama, lalu jabarkan ke dalam beberapa gagasan penjelas. Hal yang dituangkan ke dalam kerangka karangan hanyalah gagasan utama dan gagasan penjelas. Jadi, belum berupa kaliamt.
3. Mengembangkan Kerangka Menjadi Karangan
Setelah kerangka karangan, langkah selanjutnya adalah mengembangkan gagasan tersebut ke dalam kalimat. Gagasan utama dikembangkan menjadi kaliamat utama, sedangkan gagasan-gagasan penjelas dikembangkan menjadi kalimat-kaliamt penjelas. Hubungan antara kalimat uatama dengan kalimat penjelas harus koheren dan terpadu. Demikian juga hubungan antar kalimat penjelas. Dengan demikian, akan terbentuk menjadi sebuah paragraf yang utuh dan terpadu.

D. METODE PEMBELAJARAN
1. Pendekatan : Contectual Teaching and Learning (CTL)
2. Model : Cooperative Learning tipe bercerita berpasang
3. Metode : Ceramah, tugas, dan diskusi.

E. KEGIATAN PEMBELAJARAN
No. Kegiatan Belajar Waktu
1 Kegiatan Awal
• Pengajar membagi bahan pelajaran berupa materi tentang pola pengembangan paragraf.
• Sebelum bahan pelajaran diberikan, pengajar memberikan pengenalan mengenai topik yang akan dibahas dalam bahan pelajaran untuk hari itu. Pengajar bisa menuliskan topik di papan tulis dan menanyakan apa yang siswa ketahui mengenai topik tersebut. Kegiatan brainstorming ini dimaksudkan untuk mengaktifasi skematika siswa agar lebih siap menghadiri bahan pelajaran yang baru.
• siswa dikelompokkan ke dalam 2 anggota tim atau lebih, disesuaikan dengan jumlah siswa di kelas.

5’
2 Kegiatan Inti
• Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka.
• Setelah selesai diskusi sebagian tim ahli anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh. 75’
3 Penutup
• Tiap ahli mempresentasikan hasil diskusi
• Guru memberi evaluasi 10’

F. SUMBER BELAJAR, ALAT, DAN MEDIA
1. Alat
* LCD
* COMP
* OHP
2. Sumber Belajar
Tim Edukatif. 2007. Kompeten Berbahasa Indonesia untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga. Halaman 134.
Tukan, P. 2006. Mahir Berbahasa Indonesia untuk Kelas XI. Jakarta: Yudhistira. Halaman 129.
Dwi Suryaningrum, Tanti. 2006. Kumpulan soal dan Pembahasan Bank Soal Bahasa Indonesia untuk SMA Kelas X, XI, dan XII. Bandung: M2S. Halaman 39.

G. PENILAIAN DAN TINDAK LANJUT
1. Penilaian Proses di kelas
Penilaian proses di kelas merupakan salah satu penilaian yang dilakukan oleh guru yang bersangkutan. Caranya adalah guru memberikan pancingan berupa adu argumen dan memberikan pertanyaan. Kemudian siswa yang menanggapai dan mampu menjawab diberikan point husus, yang tentunya akan memberikan nilai tambahan.
2. Tindak Lanjut
Tindak lanjut dalam bagian ini adalah berupa soal-soal menyangkut materi pola pengembangan paragraf. Berikut contoh soal.

1) Sebutkan dan jelaskan dua pola pengembangan paragraf?
2) Sebutkan empat ciri-ciri dari dua pola pengembangan paragraf?



Yogyakarta, ....

Mengetahui,
Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran



Drs. Hardja Purnama Sarif Hidayat, S. Pd.
NIP NIP

MENGAKRABKAN SISWA DENGAN KARYA SASTRA

Pengajaran sastra di sekolah bukanlah pengajaran tentang teori-teori sastra yang kaku dan membosankan siswa. Dalam membahas karya sastra yang sebenarnya, teori tentang sastra dapat disambilkan, misalnya teori tentang alur, penokohan, dan setting dalam cerpen atau novel. Yang penting dalam pembelajaran sastra yaitu bagaimana caranya agar siswa dapat mengapresiasikan suatu karya sastra.

Dalam pelajaran sastra, yang diutamakan ialah pemahaman siswa atas karya itu, penghayatan atas isinya, ketertarikan akan jalan ceritanya, serta pendalaman karya sastra itu secara keseluruhannya.

Pengajar sastra harus dapat membuat siswa menjadi orang yang dapat menikmati karya sastra, sehingga siswa selalu ingin bergaul dengan karya sastra.

Salah satu upaya menumbuhkan minat akan karya sastra terhadap siswa, Sabtu, 7 Juni 2008, seluruh siswa kelas VII dan VIII menonton pertunjukkan teater. Teater yang berjudul Zero ini diselenggarakan oleh Teater Mandiri, asuhan sastrawan Putu Wijaya. Menariknya lagi, salah satu siswa kelas VIII, Ibnu Wardani turut berperan dalam teater tersebut.

Teater yang dipertunjukkan sama sekali tidak mengandung dialog, hanya gerak tubuh dan latar yang menggambarkan suatu kejadian sebagai pendukung gerakan. Sarat akan simbol memang. Tetapi, hal itu tidak membuat siswa jenuh, justru mereka dituntut berpikir, nilai moral apa yang ingin disampaikan pengarang.

Di akhir pertunjukkan, semua siswa mengikuti diskusi kecil dengan pengarangnya, Putu Wijaya, sekedar menyamakan persepsi bahwa pertujukkan tadi mengenai Indonesia dari mulai merdeka hinga sekarang. Dan beberapa peristiwa yang menghiasi perkembangan zaman Indonesia. Gambaran Indonesia selama ini.

Kegiatan menonton pementasan teater secara langsung seperti ini, diharapkan dapat memberikan sesuatu pendidikan secara utuh bagi diri siswa, diantaranya membantu keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, pengembangan cipta, rasa, dan menunjang pembentukan watak.

Sebab sastra adalah hasil dari kenyataan hidup manusia itu sendiri. Dunia sastra tercipta dari hasil plagiat kehidupan manusia. Dan sastra merupakan media yang kekal dalam menyimpan memori kehidupan manusia dari dulu hingga hari akhir dunia. Hanya saja, dunia sastra selalu berhasil menyuguhkan dunia lain dari dunia nyata manusia. Dengan gayanya yang halus dan penuh teka-teki sehingga sastra meninggalkan simbol-simbol yang jika bisa dipecahkan oleh manusia maka manusia dapat menemukan cermin dirinya itu.

Selain itu, pada dasarnya, pengajaran sastra adalah pembelajaran apresiasi sastra. Tujuan utama pembelajaran sastra yaitu memberikan kesempatan pada siswa untuk memperoleh pengalaman sastra, dengan sasaran akhir mampu mengapresiasi cipta sastra. Melatih mempertajam perasaan, penalaran, dan daya khayal siswa, serta menumbuhkan kepekaan terhadap masyarakat, budaya, dan lingkungan hidup.

RIWAYAT HIDUP ROJAKI

FOTO

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Rojaki,S.Pd.

Mobile Phone : 0852.9227.6640

e-Mail : zaki_setra@yahoo.com

Ds.way-jaha, Kec. Pugung, tanggamus, Lampung

BANK BRI BRITAMA DEMANGAN NO.Rek 0983-01-001079-50-1


Jenis Kelamin …………………………………...…………………………............ Laki-laki

Tempat dan Tanggal Lahir ……………………………………Way Jaha, 7 Desember 1983

Kewarganegaraan …………………………………………………………….…... Indonesia

Agama ……………………………………………………………………………….... Islam

Status …………………………………………………………………...….. Belum menikah

Nilai IPK………………………………………………………………………3, 40 (skala 4)







Pendidikan Formal


2004 – 2008 Pend. Bahasa dan Sastra Indonesia, UNY. ………………………Yogyakarta

1999 – 2002 SMA Negeri 1 Pagelaran ….……………………… ………….... Lampung

1995 – 1998 SLTP PGRI 1 Talang Padang…………….………………….……..Lampung

1998 – 1995 SD Negeri 1 Way Jaha…… …..…………………………………... Lampung







Pengalaman Kerja


2008 Pengajar Primagama Yogyakarta …………………………..… Yogyakarta

sebagai Pengajar Bidang Studi Bahasa dan Sastra Indonesia.

2007 Praktik Pengalaman Lapangan SMK Negeri 1 Pedan …........... Jawa Tengah

sebagai Guru Bahasa dan Sastra Indonesia.



Pengalaman Organisasi


2007-2008 Menteri Sosial Masyarakat BEM ReMa UNY ……………….. Yogyakarta

2007-2008 Ketua Ikatan Keluarga Pelajar Mahasiswa Tanggamus Lampung (KEPEMATANG)……………………………………….…….. Yogyakarta

2006-2007 Staff Dept. PSDM BEM ReMa UNY ..……….……………….. Yogyakarta

2005-2006 Staff Media Wacana UKF AL-HUDA FBS UNY………………Yogyakarta

2005-2006 Staff PSDM UKF AL-HUDA FBS UNY ………………….…. Yogyakarta

2005-2006 Menteri Kesejahteraan Masyarakat BEM FBS ReMa UNY….. Yogyakarta







Kegiatan yang Pernah Diikuti


2007 Workshop Creative Training Creative Writing UIN SUKA ………...…. Yogyakarta

sebagai Peserta (ada sertifikat)

2007 Training “Dare to be A Leader” PT DJARUM RSO Semarang……….. Yogyakarta

sebagai Peserta (ada sertifikat)

2007 Lomba Inovasi Mahsiswa Bidang Pariwisata Diknas DIY………………Yogyakarta

sebagai Peserta juara II (ada sertifikat)

2007 Seminar Laporan Hasil Penelitian Karya Tulis lomba penelitian Student Union Grant Universitas Negeri Yogyakarta……………………………………Yogyakarta

2007 Seminar dan Workshop BEM Seluruh Indonesia…………..…………… Yogyakarta

sebagai Panitia (ada sertifikat)

2007 Malam Keakraban Pelajar Mahasiswa Tanggamus Lampung Yogyakarta……..………………………………………………………...Yogyakarta

sebagai panitia (tanpa sertifikat)

2006 Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus ReMa UNY …………………. Yogyakarta

sebagai Panitia (tanpa sertifikat)

2006 Lomba Karya Tulis Mahsiswa Tingkat DIY yang diselenggarakan BEM FBS REMA UNY………………..…………………………………………….Yogyakarta

sebagai peserta (tanpa sertifikat)

2006 Pekan Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus FBS UNY ……….…… Yogyakarta

sebagai Panitia ( tanpa sertifikat)

2006 Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus ReMa (OSPEK UNY) ………. Yogyakarta

Sebagai koordinator keamanan (tanpa sertifikat)

2005 Bedah Film “I am not Stupid” BEM ReMa UNY ………………….. .Yogyakarta

sebagai Modoreator (tanpa sertifikat)

2005 Workshop Karya Tulis Ilmiah BEM FBS UNY …………………..…… Yogyakarta

sebagai panitia (ada sertifikat)

2005 LKMM Tingkat Dasar BEM FBS UNY …………………………….…. Yogyakarta

sebagai peserta (ada sertifikat)

2005 Seminar Nasional Bahasa dan Sastra Indonesia FBS UNY………......… Yogyakarta

sebagai Peserta (ada sertifikat)

2005 Seminar Strategi Pengikohan Citra Kota Yogyakarta sebagai Kota Pendidikan dan Pariwisata …………………………………………………………….… Yogyakarta

sebagai peserta (ada sertifikat)

2005 Seminar Nasional Dunia Usaha SMK N 1 Pedan, Klaten …………….. Yogyakarta

sebagai panitia (ada sertifikat)

2005 Seminar Nasional Remaja Penulisan dan Pendampingan Sastra Anak dan Remaja DIY ……………………………………………………………...…….. .Yogyakarta

sebagai Panitia (ada sertifikat)

2005 Komisi Pemilihan Umum (KPU) Tingkat Fakultas Bahasa dan Seni……Yogyakarta

sebagai Panitia (tanpa sertifikat)

2005 Seminar Nasional dan Stadium General Leadership Training …….......Yogyakarta

sebagai Panitia (ada sertifikat)

2005 Orientasi, Sosialisasi dan Pengenalan Kampus UNY ………………….. Yogyakarta

sebagai team kesehatan (tanpa sertifikat)
2004 Malam Keakraban Mahasiswa Baru PBSI FBS UNY ……………..……Yogyakarta

sebagai peserta (ada sertifikat)

2004 Achievement Motivation Training …………………….…………… …Yogyakarta

Sebagai Peserta (ada sertifikat)

2004 Pekan Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus FBS UNY …………… Yogyakarta

sebagai Peserta (ada sertifikat)

2004 Training ESQ yang diselenggaran Fakultas Bahasa dan Seni UNY……..Yogyakarta

sebagai Peserta (ada sertifikat)







Karya Tulis Mahsiswa


2008 Penelitian Karya Tulis Skripsi Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta dengan Upaya Peningkatan Kemampuan Menulis Naskah Drama melalui Pendekatan Proses pada Siswa Kelas XI IPA 1 SMA N 9 Yogyakarta

(Penelitian Tindakan Kelas)

2008 Penelitian Karya Tulis lomba penelitian Student Union Grant dengan judul Upaya Peningkatan Kemampuan Berbicara Bahasa Inggris (speaking) melalui Media EMegs (English Magazine) pada Siswa Kelas VIIa M.Ts YAPI, Sleman, Yogyakarta (Penelitian Tindakan Kelas)

2008 Lomba Penelitian Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa (PKMI) Dikti, dengan judul Konsep dan Kajian Wisata Budaya Sakral Daerah Istimewa Yogyakarta

2007 Lomba Penelitian Inovasi Mahasiswa Bidang Pariwisata yang Diselenggarakan Diknas. DIY dengan judul Penyusunan Layanan e-Book dan Konvensional Book Wisata Budaya Sakral Daerah Istimewa Yogyakarta Sebagai Upaya Peningkatan Pendapan Daerah.

2007 Penelitian Karya Tulis Lomba Penelitian Student Union Grant dengan judul Upaya Peningkatkan Kemampuan Menulis Cerita Pendek melalui Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) pada Siswa Kelas XI IPA I SMA Negeri 2 Ngaglik, Sleman, Yogyakarta (Penelitian Tindakan Kelas)

2006 Lomba Karya Tulis Mahsiswa Tingkat DIY yang diselenggarakan BEM FBS REMA UNY dengan judul Sastra (Novel) sebagai Pengajaran Moral dan Etika pada Siswa di Sekolah

PENGANTAR KESUSASTRAAN

PENGANTAR KESUSASTRAAN

Lembar Komunikasi Bahasa dan Sastra Indonesia

SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Jl. Dr. Sutomo 16 Yogyakarta

disusun oleh Agustinus Suyoto

  1. PENGERTIAN KESUSASTRAAN

Ada bermacam-macam definisi tentang kesusastraan. Namun demikian, diskusi tentang hakikat sastra sampai sekarang masih hangat. Hal itu karena banyak definisi yang tidak memuaskan. Definisi-definisi yang pernah ada kurang memuaskan karena :

  1. Pada dasarnya sastra bukanlah ilmu, sastra adalah cabang seni. Seni sangat ditentukan oleh faktor manusia dan penafsiran, khususnya masalah perasaan, semangat, kepercayaan. Dengan demikian, sulit sekali dibuat batasan atau definisi sastra di mana definisi tersebut dihasilkan dari metode ilmiah.
  2. Orang ingin mendefinisikan terlalu banyak sekaligus. Seperti diketahui, karya sastra selalu melekat dengan situasi dan waktu penciptaannya. Karya sastra tahun 1920-an tentu berbeda dengan karya sastra tahun 1966. Kadang-kadang definisi kesusastraan ingin mencakup seluruhnya, sehingga mungkin tepat untuk satu kurun waktu tertentu tetapi ternyata kurang tepat untuk yang lain.
  3. Orang ingin mencari definisi ontologis tentang sastra (ingin mengungkap hakikat sastra). Karya sastra pada dasarnya merupakan hasil kreativitas manusia. Kreativitas merupakan sesuatu yang sangat unik dan individual. Oleh sebab itu sangat tidak memungkinkan jika orang mau mengungkap hakikat sastra.
  4. Orientasinya terlalu kebarat-baratan. Ketika orang mencoba mendefinisikan kesusastraan, orang cenderung mengambil referensi dari karya-karya barat. Padahal belum tentu telaah yang dilakukan untuk karya sastra Barat sesuai untuk diterapkan pada karya sastra Indonesia.
  5. Biasanya terjadi percampuran antara mendefinisikan sastra dan menilai bermutu tidaknya suatu karya sastra. Definisi mensyaratkan sesuatu rumusan yang universal, berlaku umum, sementara penilaian hanya berlaku untuk karya-karya tertentu yang diketahui oleh pembuat definisi.

Beberapa definisi yang pernah diungkapkan orang :

  1. Sastra adalah seni berbahasa.
  2. Sastra adalah ungkapan spontan dari perasaan yang mendalam.
  3. Sastra adalah ekspresi pikiran (pandangan, ide, perasaan, pemikiran) dalam bahasa.
  4. Sastra adalah inspirasi kehidupan yanag dimateraikan dalam sebuah bentuk keindahan.
  5. Sastra adalah buku-buku yang memuat perasaan kemanusiaan yang mendalam dan kebenaran moral dengan sentuhan kesucian, keluasan pandangan, dan bentuk yang mempesona.
  6. Sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakainan dalam suatu bentuk gambaran kongkret yang membangkitkan pesona dengan alat bahasa.
  7. Sesuatu disebut teks sastra jika (1) teks tersebut tidak melulu disusun untuk tujuan komunikatif praktis atau sementara waktu, (2) teks tersebut mengandung unsur fiksionalitas, (3) teks tersebut menyebabkan pembaca mengambil jarak, (4) bahannya diolah secara istimewa, dan (5) mempunyai keterbukaan penafsiran.

Sampai saat ini ada keyakinan bahwa ada tiga hal yang membedakan karya sastra dengan karya tulis lainnya, yaitu

  1. sifat khayali
  2. adanya nilai-nilai seni/estetika
  3. penggunaan bahasa yang khas

  1. PEMBAGIAN JENIS-JENIS SASTRA

Pembicaraan yang selama ini dilakukan ternyata hanya memberi perhatian pada tiga jenis karya sastra yaitu puisi, prosa cerita, dan drama. Hal itu memang logis karena tiga jenis tersebutlah yang mengandung unsur-unsur kesusastraan secara dominan (fiksi, imaji, dan rekaan). Namun, seiring dengan perkembangan dunia sastra akhir-akhir ini mulai terjadi pembatasan yang tipis antara khayalan dan kenyataan. Oleh sebab itu mulai dibicarakan pembagian sastra yanag lain.

Dalam perkembangan sastra akhir-akhir ini, karya sastra dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu (a) sastra imajinatif, dan (b) sastra non-imajinatif.

Sastra imajinatif mempunyai ciri

  1. isinya bersifat khayali
  2. menggunakan bahasa yang konotatif
  3. memenuhi syarat-syarat estetika seni.

Sedangkan sastra non-imajinatif mempunyai ciri-ciri

  1. isinya menekankan unsur faktual/faktanya.
  2. Menggunakan bahasa yang cenderung denotatif.
  3. Memenuhi unsur-unsur estetika seni.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kesamaan antara sastra imajinatif dan non-imajinatif adalah masalah estetika seni. Unsur estetika seni meliputi keutuhan (unity), keselarasan (harmony), keseimbangan (balance), fokus/pusat penekanan suatu unsur (right emphasis). Sedangkan perbedaannya terletak pada isi dan bahasanya. Isi sastra imajinatif sepenuhnya bersifat khayal/fiktif, sedangkan isi sastra non-imajinantif didominasi oleh fakta-fakta. Bahasa sastra imajinatif cenderung konotatif, sedangkan bahasa sastra non-imajinatif cenderung denotatif.

Bentuk karya sastra yang termasuk karya sastra imajinatif adalah

  1. Puisi : 1. Epik 2. Lirik 3. dramatik
  2. Prosa : 1. Fiksi (novel, cerpen, roman) dan 2. Drama (drama prosa, drama puisi)

Bentuk karya sastra yang termasuk sastra non-imajinatif adalah

  1. Esai, yaitu karangan pendek tentang suatu fakta yang dikupas menurut pandangan pribadi penulisnya.
  2. Kritik, adalah analisis untuk menilai suatu karya seni atau karya sastra.
  3. Biografi, adalah cerita tentang hidup seseorang yang ditulis oleh orang lain.
  4. Otobiografi, adalah biografi yang ditulis oleh tokohnya sendiri.
  5. Sejarah, adalah cerita tentang zaman lampau suatu masyarakat berdasarkan sumber tertulis maupun tidak tertulis.
  6. Memoar, adalah otobiografi tentang sebagian pengalaman hidup saja.
  7. Catatan harian, adalah catataan seseorang tentang dirinya atau lingkungannya yang ditulis secara teratur.

  1. UNSUR-UNSUR PEMBENTUK KARYA SASTRA

Sebenarnya sangat sulit menjelaskan unsur-unsur yang membentuk suatu karya sastra. Namun, setidak-tidaknya hal itu dapat didekati dari dua sisi. Pertama kita lihat dari definisi-definisi yang telah diungkapkan. Dari definisi-definisi yang sudah ada, ada unsur-unsur yang selalu disinggung. Unsur-unsur tersebut dapat dipandang sebagai unsur-unsur yang dianggap sebagai pembentuk karya sastra.

Menurut Luxemburg (1992:4-6) beberapa ciri yang selalu muncul dari definisi-definisi yang pernah diungkapkan antara lain :

  1. Sastra merupakan ciptaan atau kreasi, bukan pertama-tama imitasi.
  2. Sastra bersifat otonom (menciptakan dunianya sendiri), terlepas dari dunia nyata.
  3. Sastra mempunyai ciri koherensi atau keselarasan antara bentuk dan isinya.
  4. Sastra menghidangkan sintesa (jalan tengah) antara hal-hal yang saling bertentangan.
  5. Sastra berusaha mengungkapkan hal yang tidak terungkapkan.

Pendekatan kedua dapat dilihat dengan cara melihat bagaimana seorang juri atau editor mempertimbangkan mutu sebuah karya sastra.

Jakob Sumardjo dan Zaini KM (1988:5-8) mengajukan sepuluh syarat karya sastra bermutu, yaitu

  1. Karya sastra adalah usaha merekam isi jiwa sastrawannya.
  2. Sastra adalah komunikasi, artinya bisa dipahami oleh orang lain.
  3. Sastra adalah sebuah keteraturan, artinya tunduk pada kaidah-kaidah seni.
  4. Sastra adalah penghiburan, artinya mampu memberi rasa puas atau rasa senang pada pembaca.
  5. Sastra adalah sebuah integrasi, artinya terdapat keserasian antara isi, bentuk, bahasa, dan ekspresi pribadi pengarangnya.
  6. Sebuah karya sastra yang bermutu merupakan penemuan.
  7. Karya yang bermutu merupakan (totalitas) ekspresi sastrawannya.
  8. Karya sastra yang bermutu merupakan sebuah karya yang pekat, artinya padat isi dan bentuk, bahasa dan ekspresi.
  9. Karya sastra yang bermutu merupakan (hasil) penafsiran kehidupan.
  10. Karya sastra yang bermutu merupakan sebuah pembaharuan.

Berbeda dengan Jakob Sumardjo dan Zaini KM, Luxemburg berpendapat bahwa

  1. Karya sastra adalah teks-teks yang tidak melulu disusun untuk tujuan komunikasi praktis dan sementara waktu.
  2. Karya sastra adalah teks-teks yang mengandung unsur fiksionalitas.
  3. Karya sastra adalah jika pembacanya mengambil jarak dengan teks tersebut.
  4. Bahannya diolah secara istimewa.
  5. Karya sastra dapat kita baca menurut tahap-atahp arti yang berbeda-beda.
  6. Karena sifat rekaannya sastra secara langsung tidak mengatakan sesuatu mengenai kenyataan dan juga tidak menggugak kita untuk langsung bertindak.
  7. Sambil membaca karya sastra tersebut kita dapat mengadakan identifikasi dengan seorang tokoh atau dengan orang-orang lain.
  8. Bahasa sastra dan pengolahan bahan lewaat sastra dapat membuka batin kita bagi pengalaman-pengalaman baru.
  9. Bahasa dan sarana-sarana sastra lainnya mempunyai suatu nilai tersendiri.
  10. Sastra sering digunakan untuk mencetuskan pendapat yang hidup dalam masyarakat.

Daftar Pustaka

Luxemburg, Jan van, Mieke Bal, dan Willem G. Weststeijn. 1992. Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Sumardjo, Jakob, dan Sauni K.M. 1988. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta : Gramedia.

Mengenai Saya

nama lengkap saya muhhamad rojaki styo projo, lahir di lampung 7 desember 1983. saat ini sedang menempuh pendidikan di yogyakarta state university. education of indonesian language. tepatnya pendidikan bahasa dan sastra indonesia angkatan 2004. alumnus smansa pagela tercinta .. mencintai smansa sampai akhir hayat.. insya Allah ..amien