Sabtu, Januari 03, 2009

soal tes ketiga buuu'

Soal tes ketiga .

1. 1. Penulisan alamat surat yang benar adalah …
A. Yth. Bapak Kepala SMAN 1 Girimulyo
Jalan Raya Kulonprogo 89
Yogyakarta.
B. Yth. Kepala SMAN 1 Girimulyo
Jln. Raya Kulonprogo 89
Yogyakarta
C. Yth. Kepala SMAN 1 Girimulyo
Jalan Raya Kulonprogo 89
Yogyakarta
D. Yth. Bapak Kepala SMAN 1 Girimulyo,
Jalan Raya Kulonprogo 89,
Yogyakarta.
E. Yth. Bapak Kepala SMAN 1 Girimulyo
Jln. Raya Kulonprogo 89
Yogyakarta.
2. Cermati penggalan surat lamaran pekerjaan berikut ini dengan saksama!

..... saya tertarik kepada pekerjaan yang bapak tawarkan melalui harian jawa pos, 14 Maret 2008. Karena itu, meski belum banyak pengalaman, saya mengajukan lamaran ini dengan melengkapi persyaratan sesuai dengan ketentuan.

Penulisan kata yang tepat pada penggalan surat lamaran di atas adalah ...
A. bapak
B. harian
C. jawa
D. pos
E. saya
3. Atas perhatiannya tidak lupa saya mengucapkan banyak terima kasih.
Kalimat yang tepat untuk memperbaiki penutup surat lamaran pekerjaan adalah …
A. Atas perhatiannya saya mengucapkan terima kasih
B. Atas perhatian Bapak tidak lupa saya mengucapkan terima kasih
C. Atas perhatiannya saya mengucapkan banyak terima kasih.
D. Atas perhatian Bapak saya mengucapkan terima kasih
E. Atas perhatian Bapak diucapkan terima kasih.
4. Pahami isi paragraf berikut dengan saksama!

Korban penyalahgunaan narkoba saat ini sudah menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Mulai dari pelajar, mahasiswa, seniman, olahragawan, pengangguran, anak pejabat. Bahkan ada pula aparat. Mereka yang menjadi korban tidak hanya berasal dari keluarga broken home, tetapi keluarga baik-baik pun juga banyak yang menggunakan benda haram ini.

Paragraf di atas disusun dengan menggunakan penalaran ...
A. analogi
B. deduktif
C. induktif
D. generalisasi
E. sebab akibat

5. Kata berimbuhan (per-an) berikut bermakna tempat, kecuali …
A. Korban Lumpur Lapindo ditampung di permukiman baru.
B. Pasukan kerajaan mengantarkan Lady Diana ke peristirahatan terakhirnya.
C. Sekarang ini banyak terjadi perselingkuhan di kalangan artis.
D. Di luar negeri banyak kita jumpai perbaraan di ruang tamu.
E. Perempatan itu sering menimbulkan kecelakaan.

tes kedua sma buuu'''

TES BAHASA INDONESIA 2

1. Pemakaian huruf miring atau garis bawah dibenarkan, kecuali untuk:
a. Berita itu saya baca dari Kompas.
b. Bedu Amang adalah tersangka dari kasus Bulog
c. Manggis nama ilmiahnya adalah Carsinia mangostana.
d. Masalah ini telah di – tackle oleh pemerintah.

2. Penggunaan tanda koma yang benar terdapat dalam kalimat:
a. Dia lupa akan janjinya, karena sibuk.
b. Semua siswa yang lulus ujian, mendaftarkan namanya pada panitia.
c. Kita memerlukan meja, kursi, dan lemari.
d. Saya tahu, bahwa soal itu penting.
e. Saya tidak akan datang, kalau hari hujan.

3. Penulisan gabungan kata berikut benar kecuali….
a. Kita harus pandai mendayagunakan segala yang kita miliki.
b. Atas perhatian saudara, kami sampaikan terma kasih.
c. Dia tidak mau bertanggung jawab atas perbuatannya.
d. Ada juga pengusaha non pribumi yang mau menjadi orang tua asuh.

4. Kata berawalan me – yang tidak menyatakan kerja terdapat dalam kalimat:
a. Dia tidak mengakui perbuatannya yang salah.
b. Para penerjun telah mendarat dengan selamat.
c. Kami mengontrak rumah di Pulomas.
d. Kami datang menjelang pesta dimulai.

6. (1) Anak pengusaha itu masih muda, (2) Ia sudah pandai berbisnis. Kedua kalimat tersebut dapat digabungkan menjadi kalimat majemuk dengan menggunakan konjungsi:

7. Penulisan huruf kapital dalam kalimat berikut betul kecuali….
1. Badak di pulau Sumatera semakin berkurang.
2. Tegangan listrik di rumah kami 220 Volt.
3. Sebagai orang Timur kita menghormati adat istiadat kita.
4. Harga gula Jawa lebih murah dari pada gula pasir.

a. 1 , 2 dan 4
b. 1, 3, dan 4
c. 1 dan 3
d. 2 dan 4




8. Semua bentuk komposisi berikut sama polanya, kecuali….
a. toko kelontong
b. uang sekolah
c. sekolah rakyat
d. warung tegal
e. tinggi hati

9. Nelayan menangkap ikan di laut.
Pola kalimat di atas sama dengan pola kalimat berikut, kecuali….
a. Kami bergembira pada pesta ulang tahunnya.
b. Siswa membaca buku di perpustakaan
c. Kemarin polisi menangkap pencopet di pasar itu.
d. Kami harus mengembalikan buku-buku itu pada tempatnya semula.
e. Mereka menonton pesta rakyat di alun-alun.

10.Judul makalah: upaya penghijauan di sekitar lingkungan
Penulisan judul makalah yang tepat untuk memperbaiki judul tersebut adalah…
a. Upaya Penghijauan di Sekitar Lingkungan
b. Upaya penghijauan di sekitar lingkungan
c. Upaya PENGHIJAUAN di sekitar lingkungan
d. UPAYA PENGHIJAUAN di SEKITAR LINGKUNGAN


11. Kalimat efektif untuk pengantar penulisan tujuan karya tulis adalah…
a. Tujuan dari pada tulisan ini adalah sebagai berikut…
b. Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini dapat dikemukan sebagai berikut…
c. Di muka telah diutarakan latar belakang permasalahan. Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut…
d. Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut….

12. Para pemain telah berangkat ke Taiwan dengan Garuda tadi malam. Pada kalimat ini terdapat pamakaian gaya bahasa….
a. metafora
b. metonimia
c. sarkasme
d. eufimisme

PASTI KAMU BISA
CHA_YHOOOOO DAB…………..!!!!!!!!

BY ZAKI

soal tes buuuu? baut anak sma

Soal Bahasa Indonesia
A. Tentukan pola kalimat berikut ini.
1. Kepala sekolah mengimbau guru dan siswa agar menjaga lingkungan sekolah.
2. Ketika saya belajar bahasa indonesia, perut saya sakit
3. Jika Tuhan memgizinkan, aku akan berziarah ke makam leluhurku tahun depan.
4. Jika memiliki hobi menyanyi, anda bergabung bersama kami.
5. Kita harus menguasai bahasa Inggris jika ingin berkembang ke taraf internasional.
6. Ayah mengetahui bahwa paman tidak datang malam ini.
7. Gadis yang berkerudung itu temanku dari Malaysia.
8. Ketika bom diledakan di Hotel J.W Marriot, ratusan orang sedang makan di ruang makan.
9. Eldo datang ke rumahku sore itu ketika hujan lebat mengguyur kota ini.

C. Tentukan jenis kalimat berikut, apakah berjenais transitif, intransitif, dan atau dwi transitif
1. Ayah pergi ke pasar
2. Renold memotong kukunya dengan pisau yang tajam.
3. Mereka mengupas mangga itu dengan belati.
4. Anya membacakan buku cerita untuk adik.
5. Tante membacakan adik buku cerita bergambar di teras rumah.
6. Orang yang sedang belajar jangan diganggu.
7. Pak Topo berdagang ayam kampung.
8. Kecantikannnya menarik orang semua.
9. Setiap hari Meinda belajar dengan tekun.
10. Konsep hidup masyarakat yang tinggal di sekitar lereng bukit Gambar itu sangat sederhana.
Tentukan silogime dan entimem berikut ini.
Pu : Agar prestasi terus meningkat, semua mata pelajaran utama di sekolah harus diikuti dan ditekuni
Pk : Bahasa Indonesia dan matematika menjadi mata pelajaran utama di sekolah
Silogisme :…………………………………………………………………………………
Entimem :

ANALISIS PENGGUNAAN BAHASA OLEH TUKUL ARWANA

A. LATAR BELAKANG MASALAH
“Bahasa menyatukan bangsa”. Ungkapan tersebut mengandung makna yang cukup signifikan. Kalau kita cermati, bahasa memiliki peran vital dalam suatu bangsa. Adanya bahasa yang beraneka ragam, ternyata dapat menyatukan bangsa. Disadari atau tidak, masyarakat memang tidak terlepas dari bahasa. Dalam kehidupan sehari-hari, bahasa selalu dipergunakan masyarakat tanpa dibatasi ruang dan waktu.
Akibat penggunaan bahasa dalam pelbagai bidang seperti sosial, ekonomi, dan politik maka muncul beraneka ragam bahasa yang berkembang di masyarakat. Ragam bahasa ini akan menampakan kekhasannya dalam pemakaian bahasa yang disesuaikan dengan fungsi dan situasinya. Misalnya, ragam bahasa yang hadir karena perbedaan fungsi pemakaian bahasanya maka dikenal adanya ragam bahasa seperti pernikahan, ceramah agama, militer, jurnalistik, dan resep obat tradisional.
Manusia dapat menyampaikan ide-idenya melalui dua cara yaitu bahasa lisan dan tertulis. Kedua cara ini dilihat dari jalur/sarana yang digunakan disebut ragam lisan dan tulis. Menurut Arifin dan Tasai (2004: 15-16), kaidah yang berlaku bagi ragam lisan belum tentu berlaku bagi ragam tulis.
Perbedaan antara ragam lisan dan ragam tulis. Pertama, ragam lisan menghendaki adanya orang kedua, teman berbicara yang berada di depan pembicara, sedangkan ragam tulis tidak mengharuskan adanya teman bicara berada di depan. Kedua, di dalam ragam lisan unsur-unsur fungsi gramatikal, seperti subjek, predikat, dan objek tidak selalu dinyatakan. Unsur-unsur itu kadang-kadang dapat ditinggalkan. Hal ini disebabkan oleh bahasa yang digunakan itu dapat dibantu oleh gerak, mimik, pandangan, anggukan, atau intonasi. Ragam tulis perlu lebih terang dan lebih lengkap daripada ragam lisan. Fungsi-fungsi gramatikal harus nyata karena ragam tulis tidak mengharuskan orang kedua berada di depan pembicara. Kelengkapan ragam tulis menghendaki agar orang yang “diajak bicara” mengerti isi tulisan itu. Ketiga, ragam lisan sangat terikat pada kondisi, situasi, ruang, dan waktu. Apa yang dibicarakan secara lisan di dalam sebuah ruang kuliah, hanya akan berarti dan berlaku untuk waktu itu saja. Apa yang diperbincangkan dalam suatu ruang diskusi susastra belum tentu dapat dimengerti oleh orang yang berada di luar ruang itu. Ragam tulis tidak terikat oleh situasi, kondisi, ruang, dan waktu. Suatu tulisan dalam sebuah buku yang ditulis oleh seorang penulis di Indonesia dapat dipahami oleh orang yang berada di Amerika atau Inggris. Sebuah buku yang ditulis pada tahun 1985 akan dapat dipahami dan dibaca oleh orang yang hidup tahun 2000 dan seterusnya. Hal itu dimungkinkan oleh kelengkapan unsur-unsur dalam ragam tulis. Keempat, ragam lisan dipengaruhi oleh tinggi rendahnya dan panjang pendeknya suara, sedangkan ragam tulis dilengkapi dengan tanda baca, huruf besar, dan huruf miring.
Komunikasi dengan cara lisan terlihat ketika seorang penutur bersemuka dengan lawan tutur disertai dengan adanya isyarat semacam gerak badan juga mimik tertentu. Sebaliknya, penggunaan ragam tulis sebagai bentuk komunikasi tidak langsung memerlukan kecermatan dan ketepatan sehingga tujuan komunikasi yang diinginkan penulis tercapai.
Ada juga bahasa sebagai alat deteksi sosial. Dengan bahasa kita dapat mengetahui
status sosial yang melekat pada diri seseorang. Jika seseorang mempunyai status sosial yang tinggi maka bahasa yang digunakan tentu akan lebih selektif, sesuai dengan pengetahuannya terhadap dunia (knowledge of the word). Pilihan kosakatanya akan disesuaikan dengan koteks dan konteks dari peristiwa tutur yang melatarbelakangi tuturan itu. Pilihan bahasanya juga dipilih dengan pertimbangan pengetahuan dari lawan tuturnya. Lain halnya dengan seseorang yang mempunyai status sosial menengah ke bawah. Penggunaan bahasanya dalam setiap tuturan hanya didasarkan pada kemampuan verbalnya saja tanpa memperhatikan konteks pembicaraan.
Selain itu, bahasa adalah alat pencetak uang. Bahasa dapat memberikan keuntungan finansial bagi orang yang dapat memberdayakan bahasa itu dengan benar dan menarik. Dengan trik-trik berbahasa yang dimiliki, seseorang dapat mempengaruhi atau menarik simpati orang-orang yang ada di sekitarnya. Berawal dari itu, maka seseorang dapat menciptakan lapangan pekerjaan untuk dirinya sendiri atau untuk orang lain. Dengan kemasan yang menarik, maka proses berbahasa itu dapat menjadi sebuah tontonan yang menarik. Orang akan merasa nyaman dan terhibur dengan tontonan itu.
Hal demikianlah yang terjadi pada Tukul Arwana. Seorang artis komedi yang mencoba kemampuan bahasanya dalam sebuah acara talk show. Acara tersebut yakni “Empat Mata” yang disiarkan oleh Trans TV setiap hari Senin-Jumat dan Minggu pukul 21.30 WIB. Acara talk show itu dikemas dalam bingkai humor sehingga dengan kemampuan humor yang dimiliki Tukul, acara itu jadi lebih menarik.
Kemampuan verbal Tukul dalam memandu acara itu sangat mengesankan bagi jutaan pemirsa. Salah satu jargonnya yang paling terkenal dan fenomenal adalah “kembali ke laptop”. Berangkat dari kemahirannya bermain komedi dengan memenangi pelbagai macam kejuaraan lawak di daerahnya ditambah kemampuan vokal yang memadai menjadikan Tukul sebagai sosok artis yang fenomenal di era saat ini.
Meskipun raut wajahnya tidak setampan Leonardo Di Caprio atau Jeremi Thomas, tapi yang paling diacungi jempol dari diri Tukul adalah mengejek dirinya sendiri dan tak jarang pula mengejek “tamunya” dengan olah bahasa yang menarik dan kreatif. Oleh sebab itulah, banyak kata-kata “keluaran” Tukul banyak digandrungi di masyarakat sebut saja katrok, ndeso, puas...puas..., kembali ke laptop dan sebagainya. Bukan hanya itu, kehadiran sosok Tukul lewat acara talk show “Empat Mata” juga menyuguhkan hiburan bahasa yang humoris.
Tiap kali Tukul membacakan kalimat dalam bahasa Inggris, “tamunya” selalu menyindirnya karena vokal bahasa Inggris Tukul dianggap belum cukup memadai. Namun, hal itu tidaklah menyurutkan semangat Tukul dalam memandu acara, tapi menjadi “kopi hangat” bagi penonton. Ada pula kesan peralihan bahasa Indonesia ke bahasa Jawa, semisal ketika Tukul biasa mengucapkan kembali ke laptop diganti balik maning nang laptop.
Beragamnya peralihan bahasa (bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan bahasa Jawa) yang dibawakan Tukul membuat acara “Empat Mata” menjadi tontonan yang bukan hanya menghibur, tapi juga menyuguhkan pembelajaran linguistik yaitu tentang peralihan bahasa yang melatarbelakangi lahirnya penelitian ini.
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diketahui masalah-masalah yang berkaitan dengan analisis penggunaan bahasa. Masalah-masalah itu sebagai berikut.
1. Hubungan bahasa dengan status sosial yang melekat pada diri Tukul yang dapat dianalisis keberadaannya.
2. Efek positif dari bahasa Tukul bagi penonton.
3. Aspek-aspek atau komponen bahasa Tukul yang dapat menarik simpati orang-orang.
4. Bahasa Tukul ditinjau dari segi fungsi bahasa.
5. Efek positif dari bahasa Tukul bagi tamunya.
6. Efek negatif dari bahasa Tukul bagi penonton.
7. Komponen bahasa yang digunakan oleh Tukul.
8. Karakteristik humor Tukul.
9. Indikasi sosial yang muncul dalam setiap tuturan Tukul.
10. Peralihan bahasa yang dibawakan Tukul.
11. Efek negatif dari bahasa Tukul bagi tamunya.
C. BATASAN MASALAH
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, tampak bahwa masalah analisis penggunaan bahasa masih sangat luas jangkauannya. Oleh karena itu, agar penelitian yang dilakukan dapat lebih mendalam dan berbobot, dalam penelitian ini diambil masalah-masalah sebagai berikut.
1. Bahasa Tukul ditinjau dari segi fungsi bahasa.
2. Komponen bahasa yang digunakan oleh Tukul.
3. Karakteristik humor Tukul.
4. Indikasi sosial yang muncul dalam setiap tuturan Tukul.
5. Peralihan bahasa yang dibawakan Tukul.
D. RUMUSAN MASALAH
Masalah-masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
1. Bagaimana bahasa Tukul ditinjau dari segi fungsi bahasa?
2. Indikasi sosial apakah yang muncul dalam setiap tuturan Tukul?
3. Bagaimana peralihan bahasa yang dibawakan Tukul?
4. Bagaimanakah karakteristik humor Tukul?
E. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan dan menganalisis tuturan Tukul dalam acara
“Empat Mata” ditinjau dari segi fungsi bahasa.
2. Mendeskripsikan dan menganalisis tuturan Tukul dalam acara
“Empat Mata” ditinjau dari komponen tutur.
3. Mendeskripsikan dan menganalisis tuturan Tukul dalam acara
“Empat Mata” ditinjau dari segi indikasi sosial.
4. Mengetahui peralihan bahasa dalam acara “Empat Mata” oleh Tukul.
F. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam wilayah keilmuwan bahasa, diantaranya sebagai berikut.
1. Bagi masyarakat, hasil penelitian ini bermanfaat untuk memberikan kontribusi bagi peneliti lain yang akan menelaah perihal analisis penggunaan bahasa.
2. Bagi mahasiswa, hasil penelitian ini dapat menjadi bahan referensi dalam mengerjakan tugas-tugas kuliah atau skripsi.
3. Bagi peneliti, hasil penelitian ini sebagai dasar untuk penelitian lebih lanjut dan menambah khasanah pengetahuan tentang analisis penggunaan bahasa terutama.
4. Bagi pihak kampus, hasil penelitian ini dapat menambah jumlah penelitian yang mengambil bidang linguistik.
G. KAJIAN TEORI
Setiap tuturan seseorang tentu mempunyai fungsi. Fungsi itulah yang mempengaruhi
pilihan kosakata dan nada bicara seseorang. Menurut Jacobson (dalam Soeparno, 1993: 5) fungsi bahasa itu ada 6 macam, yaitu:
1. Emotif, tumpuan pembicaraan ini adalah penutur sendiri (addreser), tujuan dari tuturan ini adalah mengungkapkan perasaan gembira, marah, kesal, dan sedih.
2. Referensial, tumpuan pembicaraan ini adalah konteks (conteks), tujuan dari pembicaraan ini adalah membicarakan suatu permasalahan dengan topik tertentu.
3. Konatif, tumpuan pembicaraan ini adalah pada lawan bicara (addresce).
4. Puitik, tumpuan pembicaraan pada amanat (message), tujuan dari tuturan ini adalah menyampaikan amanat.
5. Fatik, tumpuan pembicaraan ini adalah pada kontak (contact), tujuan dari tuturan adalah sekedar untuk mengadakan kontak dengan orang lain.
6. Metalingual, tumpuan dari pembicaraan ini adalah pada kode (code).
Keenam fungsi bahasa inilah yang dikuasi dengan baik oleh Tukul dalam membawakan acara “Empat Mata” sehingga pembawaannya tidak menjenuhkan dan mengarah pada pijakan pembicaraan yang koheren. Sinergitas antara satu fungsi bahasa dengan lainnya cukup signifikan, bila ada satu yang terlupakan tidak menutup kemungkinan terdapat keganjilan di dalamnya.
Kalau dikroscek lebih dalam lagi, fungsi-fungsi bahasa tersebut diterapkan dengan kreatif dan menarik. Fungsi empatik sering kita jumpai ketika Tukul menyapa tamunya, baik dengan perasaan gembira ketika mencium tangan/ pipi kanan dan pipi kiri tamunya yang perempuan ataupun dengan perasaan kesal karena tidak berhasil mendapatkan ciuman itu. Fungsi referensial, konatif, puitik, dan fatik dijumpai ketika Tukul sedang melakukan pembicaraan dengan tamunya sesuai dengan pertanyaan-pertanyaan yang sudah terdaftar di laptop. Dan fungsi metalingual dijumpai ketika Tukul diberi peringatan, semisal ada kuis, sponsor, pantun, acara sudah selesai, dan sebagainya yang kesemuanya itu dirangkum dan dikreatifkan sedemikian rupa oleh kru-kru acara “Empat Mata”.
Menyinggung tuturan dari diri Tukul tentu mengundang gelak tawa, pasalnya tuturan yang disampaikan hampir seluruhnya bernada humor bukan serius. Meskipun tuturan yang seharusnya dibawakan serius kemudian berubah menjadi gelak tawa tatkala respons baik dari tamu maupun penonton tidak terlalu serius melihat raut wajah dan tuturan dari Tukul.
Ketertarikan penonton terhadap acara “Empat Mata” sangat tergantung pada kemasan acara, stasiun televisi, dan tak ketinggalan pembawa acaranya. Yang terakhir disebut setidaknya sekarang sedang menghinggap dalam diri Tukul. Pembawaan acara yang dilakukan Tukul sangat erat kaitannya dengan indikasi sosial yang tercermin dalam tuturannya dilengkapi dengan teori-teori humor yang dapat menghibur penonton.
Jadi, tuturan seseorang memang tidak hanya dipengaruhi oleh situasi, peristiwa, dan tindak tutur tetapi juga dibangun oleh komponen-komponen tutur. Menurut Dell Hymes (dalam Sumarsono dan Paina Partana, 2004: 335), setiap tuturan itu dibangun atas 8 komponen yang jika masing-masing huruf pertamanya digabungkan, maka akan membentuk kata (akronim) SPEAKING.
S: Situasi (act situation) mencakup latar dan suasana.
P: Partisipan, mencakup penutur, pengirim, pendengar, dan penerima.
E: End (tujuan) mencakup maksud dan hasil.
A: Act Squence (urutan tindak) mencakup bentuk pesan dan isi.
K: Key (kunci) mengacu pada cara, nada, atau semangat tindak tutur yang dilakukan.
I: Instrumentalis (peranti, perabotan) mencakup saluran dan bentuk tutur.
N: Norms ( norma) mencakup norma interaksi dan norma interpretasi.
G: Genre, mencakup kategori tuturan.
Kemudian Indikasi sosial yang tercermin dalam sebuah tuturan, menurut istilah sosiolinguistik ada 3 macam, yaitu:
1. Indikator, yaitu variabel linguistik yang tidak menentukan atau tidak mengandung informasi faktor sosial.
2. Marker, yaitu varibel linguistik yang terkait erat dengan perubahan sosial dan penanda itu sangat potensial membawa informasi sosiolinguistik.
3. Stereotipe, yaitu salah satu variabel linguistik yang secara sadar mengkarakteristikan tuturan kelompok yang paling utama, yang dengan budaya.
Tak ketinggalan pula, sebuah sajian humor setidaknya didasari oleh 4 teori sebagai berikut.
1. Teori Accident, yaitu humor yang ditampilkan dalam bentuk celaka orang per orang.
2. Teori Superiority, yaitu tampilan humor yang memunculkan adanya pihak superior dan inferior. Dalam humor ini harus didasari oleh kesepakatan sehingga tidak akan ada pihak yang tersinggung.
3. Release, yaitu pelepasan tekanan.
4. Kongruensi, ada sesuatu yang disimpan, tetapi ketika sampai pada suatu kesepakatan maka akan terjadi kejutan.
Dan hal lain yang diperhatikan adalah permainan bahasa. Permainan bahasa adalah eksploitasi unsur (elemen) bahasa, seperti bunyi, suku kata, bagian kata, kata, frase, kalimat, dan wacana sebagai pembawa makna atau amanat (maksud) tuturan sedemikian rupa sehingga elemen itu secara gramatik, semantik, maupun pragmatis akan hadir tidak seperti semestinya.
Pada umumnya atau mulanya, eksploitasi ini digunakan untuk bersendau gurau, melucu, atau mengejek, serta menertawakan sesuatu yang dianggap lucu atau ironis. Akan tetapi, tidak dipungkiri pula muncul dalam modus tuturan yang lebih serius, namun nuansa jenakanya masih bisa ditangkap. Penggunaan bahasa seperti ini mungkin secara sengaja dikreasikan dan dapat pula secara tidak sengaja terbentuk atau ditemukan. Permainan bahasa yang disengajakan akan menimbulkan guyonan (joke), sedangkan yang tidak disengajakan akan memunculkan humor (humor) (Putu Wijana dan M. Rohmadi, 2006: 58-59).
H. METODE PENELITIAN
1. Subjek dan Objek Penelitian
Dalam mempermudah penelitian ini, maka ditentukanlah subjek dan objek penelitian. Ruang lingkup penelitian ini memang lebih mengarah ke bidang linguistik karena fokusnya pada analisis penggunaan bahasa. Dari fokus penelitian yang dilakukan itu akan diarahkan untuk menentukan bahan penelitian. Jadi, subjek penelitian ini tertuju pada sosok Tukul sebagai pembawa acara talk show “Empat Mata”.
Setelah mengetahui subjek penelitian ini, maka perlu dibutuhkan objek penelitian agar arah kerja penelitian menjadi jelas dan terfokus. Mengingat fokus penelitian sudah ditentukan, yaitu tentang analisis penggunaan bahasa, maka arah kerja penelitian ini sudah jelas. Dan fokus tentang analisis bahasa inilah yang dijadikan objek penelitian.
Dengan demikian, setelah subjek dan objek penelitian sudah ditentukan, maka dalam melakukan penelitian tidak akan mengalami kesulitan. Konklusinya, subjek dan objek penelitian mempunyai peran yang cukup signifikan dalam melakukan penelitian. Boleh dibilang, subjek dan objek penelitian inilah yang menjadi landasan atau tumpuan bagi peneliti untuk melakukan penelitian. Tanpa subjek dan objek penelitian, bisa jadi penelitian yang dilakukan akan kehilangan titik pijakannya.
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah kualitatif, yaitu penelitian tentang penggunaan bahasa. khususnya penggunaan bahasa oleh Tukul dalam acara “Empat Mata”.
3. Sumber Data
Sumber data dari penelitian ini adalah tuturan Tukul dalam acara “Empat Mata” yang disiarkan oleh Trans7. Selain itu, data juga bersumber dari kartu data yang digunakan dalam penelitian ini.

4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan menyimak dan merekam tuturan Tukul dalam acara “Empat Mata”. Kemudian hasil rekaman itu di transliterasi dalam bentuk tulisan dan di analisis. Untuk menunjang dan menguatkan analisis digunakan sumber-sumber lain seperti buku-buku dan artikel yang terkait.
5. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data deskriptif kualitatif. Data yang diperoleh di deskripsikan dan dipaparkan dengan kata-kata dan kualitatif untuk mendapat suatu kesimpulan.
6. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini selain human instrument, digunakan instrument lain yaitu alat perekam untuk menunjang kegiatan kelancaran penelitian. Selain itu, digunakan kartu data yang berfungsi untuk mencatat data-data penting yang berkaitan dengan materi penelitian.

I. JADWAL KEGIATAN PROGRAM

No. Nama Kegiatan Minggu ke
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1. Persiapan Penelitian
a. Menentukan Tema Proposal Penelitian x
b. Menyusun Draf Proposal x x x
2. Pelaksanaan Penelitian
a. Pengumpulan Data x x x x x x x x
b. Analisis Data x x x x
c. Penyajian Data x x
3. Penyusunan Laporan Penelitian x x



J. NAMA DAN BIODATA KETUA SERTA ANGGOTA
1. Ketua Pelaksana Kegiatan
a) Nama : ROJAKI
b) NIM : 04201244040
c) Fakultas/ Prodi : FBS/ Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
d) Universitas : Universitas Negeri Yogyakarta
e) Waktu Pelaksanaan : 8 jam/ minggu
2. Anggota Pelaksana Kegiatan
a) Nama : Rahmat Nugroho
b) NIM : 04202241063
c) Fakultas/ Jurusan : FBS/ Pendidikan Bahasa Inggris
d) Universitas : Universitas Negeri Yogyakarta
e) Waktu Pelaksanaan : 8 jam/ minggu
3. Anggota Pelaksana Kegiatan
a) Nama : Syaiful Hermawan
b) NIM : 04210141022
c) Fakultas/ Prodi : FBS/ Bahasa dan Sastra Indonesia
d) Universitas : Universitas Negeri Yogyakarta
e) Waktu Pelaksanaan : 8 jam/ minggu
4. Anggota Pelaksana Kegiatan
a) Nama : Dwi Purwanti
b) NIM : 04210141019
c) Fakultas/ Prodi : FBS/ Bahasa dan Sastra Indonesia
d) Universitas : Universitas Negeri Yogyakarta
e) Waktu Pelaksanaan : 8 jam/ minggu


K. NAMA DAN BIODATA DOSEN PEMBIMBING
Nama Lengkap dan Gelar : Ari Kusmiatun, M. Hum.
Golongan Pangkat dan NIP : 132296144
Fakultas/ Jurusan : FBS/ Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Perguruan Tinggi : UNY
Bidang Keahlian : Linguistik
Waktu Kegiatan PKM : 8 jam/ minggu

RENCANA ANGGARAN
Honorarium
a. Ketua 8 bulan x Rp 50.000 Rp 400.000
b. Anggota 8 bulan x Rp 50.000 Rp 640.000
c. Narasumber 8 bulan x Rp 50.000 Rp 500.000 +
Rp 1. 540.000
Kesekretariatan
a. Fotokopi proposal dan laporan penelitian Rp 300.000
b. Jilid hasil penelitian Rp 100.000
c. Perizinan Rp 200.000
d. Surat menyurat Rp 100.000 +
Rp 700.000
Dokumentasi
a. Kaset Rp 10.000
b. Film 2 roll Rp 70.000
c. Kaset film Rp 50.000
d. Sewa handycame + kamera Rp 500.000
e. Transfer handycame Rp 300.000 +
Rp 930.000

Transportasi
a. Transportasi pelaksanaan 4 orang x Rp 150.000 Rp 600.000
b. Transportasi pendukung Rp 150.000 +
Rp 750.000
Konsumsi
a. Konsumsi anggota penelitian Rp 300.000
b. Konsumsi pelaksanaan penelitian Rp 600.000 +
Rp 900.000

Seminar Hasil Rp 200.000

Total Anggaran Rp 5.020.000



DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zaenal dan S. Amran Tasai. 2004. Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Akademika Pressindo.
Putu Wijana dan Muhammad Rohmadi. 2006. Sosiolinguistik; Kajian Teori dan Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Soeparno. 1993. Dasar-Dasar Linguistik. Yogyakarta: Mitra Gama Widya.
Sumarsono dan Paina Partana. 2004. Sosiolinguistik. Yogyakarta: Sabda.

koran sebagai media meninggkat kan minat baca pada siswa

KONTRIBUSI MEDIA MASSA MENINGKATKAN
MINAT BACA PADA MASTYARAKAT

Pada kenyataannya, minat baca masyarakat masih rendah. Berbagai penelitian mengungkapkan bahwa budaya baca belum tumbuh pada masyarakat kita. Padahal, dalam era global membaca merupakan kunci dalam menjalani kehidupan. Akankah kita tetap menerima kenyataan kalau budaya baca belum tumbuh pada masyarakat kita? Doktor Endry Boeriswati, M.Pd. mengungkap kontribusi media massa menumbuhkan minat baca masyarakat seperti berikut ini.
Apabila minat baca masyarakat tumbuh maka masyarakat akan gandrung membaca berbagai sumber bacaan, masyarakat akan haus informasi. Kehidupan masyarakat tidak terlepas dari suatu budaya yang secara tidak langsung menjadi panutannya. Budaya dibentuk melalui aktivitas kebiasaan di lingkungan individu tersebut berada. Oleh karena itu, apabila kita akan menilai kebiasaan suatu masyarakat tidak bisa lepas dari budayanya.
Membaca dapat dikatakan sudah merupakan suatu aktivitas kebiasaan dalam suatu masyarakat. Hal ini terjadi apabila membaca dipandang sebagai alat untuk memperoleh informasi, sedangkan informasi merupakan kebutuhan mutlak dalam kehidupan, bahkan merupakan kebutuhan pokok seperti halnya sembako. Namun, pada kenyataannya informasi dapat diperoleh tidak hanya melalui membaca, melainkan ada sarana lain yang dapat digunakan untuk mendapatkan informasi.
Dosen mata kuliah membaca pada jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia fakultas Bahasa dan Seni di Universitas Negeri Jakarta itu menyampaikan urun rembug berjuluk “Menumbuhkan Minat Baca Masyarakat” yang diadakan oleh Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional bekerja sama dengan Lembaga Kantor Berita Nasional Antara, Kamis 23/8.
Membaca membutuhkan kemampuan awal yang sangat mendasar, yaitu melek aksara. Orang dapat membaca apabila orang tersebut mengenali huruf-huruf. Ini baru sampai pada jenjang membaca tingkat pemula yang sering disebut dengan membaca simbol (word recognition).
Mari kita melihat apakah masyarakat kita sudah merdeka dari “buta huruf”? Ya masih ada sebagain kecil masyarakat kita yang masih belum merdeka dari “buta huruf”. Berarti belum bisa membaca huruf. Kebiasaan membaca pada kalangan akademis pun masih rendah. Membaca adalah proses untuk memperoleh pengertian dari kombinasi beberapa huruf dan kata. Membaca adalah proses untuk mengenal kata dan memadukan arti kata dalam kalimat dan struktur bacaan. Hasil akhir dari proses membaca adalah seseorang mampu membuat intisari dari bacaan.
Kemampuan membaca yang kita harapkan adalah bukan sekedar kemampuan membaca simbol-simbol saja, tetapi membaca yang mampu memberikan suatu pemahaman baik yang tersurat maupun yang tersirat. Tentu memerlukan suatu kemampuan yang lebih tinggi dari hanya mengenali huruf. Keberhasilan dari membaca adalah pembaca mampu memproses informasi yang diterima dari simbol-simbol yang dibaca yang kemudian dihubungkan dengan apa yang sudah diketahui menjadi informasi yang bermakna. Tentu dalam hal ini diperlukan kognitif yang baik. Dengan kata lain, diperlukan suatu kemampuan penalaran yang baik yang tampak melalui kemampuan berpikir.
Bisa saja kita katakan membaca menuntut kemampuan berpikir. Lalu bagaimana dengan masyarakat kita? Ada indikator yang mengarah pada kemampuan berpikir hanya saja tidak kuat untuk disimpulkan, yaitu budaya instan. Haruskan budaya baca ditumbuhkan? Jawabannya 100% harus. Budaya baca harus ditumbuhkan sepanjang hayat beriringan dengan pendidikan. Membaca sebagai sarana mencerdaskan bangsa. Oleh karena itu, bangsa yang unggul adalah bangsa yang warganya mampu membaca. Kemampuan membaca dilatih melalui sekolah sejak SD sampai perguruan tinggi.
Berdasarkan pengalaman, pelajaran membaca di sekolah masih pada taraf membaca teknis, padahal dari sekolah dituntut melahirkan orang yang mampu membaca interpretasi. Guru masih banyak belum menuntut siswa untuk menjadi pembaca mandiri, artinya membaca menjadi suatu kebutuhan mencari informasi sebagai bahan pemecahan masalah. Karena siswa disodori oleh informasi siap pakai sehingga tanpa melalui membaca siswa sudah mendapat informasi. Inilah sisi lain yang belum mendorongnya budaya baca.
Tiap bulan September diperingati sebagai Bulan Gemar Membaca dan Hari Kunjung Perpustakaan. Ini merupaya upaya pemerintah untuk menumbuhkan minat membaca dan menandakan bahwa membaca merupakan persoalan bangsa yang bersifat nasional sehingga pemerintah turun tangan. Persoalan membaca ternayata menjadi persoalan bersama dan sangat urgen.
Persoalan membaca juga persoalan pendidikan, apabila siswa yang memiliki minat membaca tinggi akan berprestasi tinggi di sekolah, sebaliknya siswa yang memiliki minat membaca rendah, akan rendah pula prestasi belajarnya. Dampak dari kenyataan ini adalah lahirlah generasi yang memiliki prestasi rendah, tentu ini mengkhawatirkan pemerintah. Secara umum minat dapat diartikan sebagai suatu kecenderungan yang menyebabkan seseorang berusaha untuk mencari atau mencoba aktivitas-aktivitas dalam bidang tertentu. Minat juga diartikan sebagai sikap positif seseorang terhadap aspek-aspek lingkungan.
Ada juga yang mengartikan minat sebagai kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan menikmati suatu aktivitas disertai dengan rasa senang. Minat juga merupakan perhatian yangkuat, intensif dan menguasai individu secara mendalam untuk tekun melakukan suatu aktivitas.
Aspek minat terdiri dari aspek kognitif dan aspek afektif. Aspek kognitif berupa konsep positif terhadap suatu obyek dan berpusat pada manfaat dari obyek tersebut. Aspek afektif tampak dalam rasa suka atau tidak senang dan kepuasan pribadi terhadap obyek tersebut. Minat membaca meliputi kesenangan membaca, kesadaran akan manfaat membaca, frekuensi membaca dan jumlah buku bacaan yang pernah dibaca oleh anak. Dengan demikian, minat membaca adalah sikap positif dan adanya rasa keterikatan dalam diri anak terhadap aktivitas membaca dan tertarik terhadap buku bacaan.
Aspek minat membaca meliputi kesenangan membaca, frekuensi membaca dan kesadaran akan manfaat membaca. Hasil penelitian minat baca masyarakat di Tangerang mengungkapkan bahwa salah satu indikator bahwa masyarakat berminat terhadap membaca adalah masyarakat mengetahui dan paham bahwa membaca mempunyai makna yang sangat besar dalam kehidupannya. Namun, pendapat tersebut tidak berkorelasi dengan frekuensi membaca. Frekuensi membaca masyarakat sangat rendah. Dari penelitian ini juga menungkap bahwa kendala yang dihadapi untuk membaca adalah kurangnya sarana, yaitu bahan yang dibaca, seperti koran, majalah, dan buku. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa masyarakat memiliki minat membaca sangat tinggi, tetapi konasi dari minat tersebut belum dapat diimplementasikan yang terhalang oleh kekurangmanpuan untuk mengakses sumber bacaan, sehingga yang tampak masyarakat dinilai kurang berminat membaca atau minat membaca masyarakat rendah.
Rendahnya minat membaca masyarakat akar permasalahannya bukan pada minat atau kemauannya ternyata adalah sarananya yang kurang mendukung untuk action membaca yang rendah. Masyarakat belum secara merata menikmati kemudahan untuk mengakses bahan bacaan sehingga membaca belum menjadi suatu kebutuhan seperti sembako. Padahal, manfaat membaca sama seperti manfaat sembako pada kehidupan masyarakat. Kemudahan mengakses bahan bacaan dapat diperoleh melalui toko buku bagi masyarakat yang mampu membeli bahan bacaan atau melalui perpustakaan bagi yang tidak mampu untuk memiliki buku. Kedua pilihan tersebut sangat berat. Bagi masyarakat yang kurang mampu bisa memanfaatkan perpustakaan. Tetapi seperti kita ketahui berapa banyak jumlah perpustakaan yang ada di sekitar masyarakat? Jika pun ada, masyarakat harus mencari waktu khusus untuk mengunjungi perpustakaan dengan jam kunjungan terbatas. Jadi, kendalanya adalah rendahnya daya beli bahan bacaan (koran, majalah dan buku).
Atas dasar itu, kontribusi media massa dalam menumbuhkan minat baca berkorelasi dengan bahan bacaan tidak terbatas. Korelasinya antara lain melalui buku atau majalah, dan koran yang juga dapat dikatakan sebagai bahan bacaan. Selanjutnya penyebutan media massa dibatasi hanya pada media cetak dan lebih khusus lagi koran.
Sebenarnya, koran telah tercatat dalam sejarah berperan menumbuhkan minat baca masyarakat. Dahulu, kala saya anak-anak sering lewat kantor kelurahan, sering melihat pemandangan sekerumunan orang dewasa. Namun, di dalam kerumunan itu ternyata “hanya” membaca koran yang ditempel di papan kelurahan. Sayang, pemandangan ini sulit ditemukan kembali. Mengapa koran tidak mengisi ruang kosong ini?
Dari keuntungan produksi dapat disisihkan untuk memberikan subsidi koran bagi masyarakat dengan memberikan secara gratis entah untuk setiap RT yang harus ditempel di papan pengumuman. Mungkin dapat juga dilakukan dengan bekerja sama dengan Pemda menerbitkan koran gratis tidak setebal koran nasional. Seperti kita ketahui bahwa yang mendorong masyarakat berminat membaca apabila membaca tersebut memberikan manfaat baginya. Dengan demikian yang diperlukan adalah relevansi isi bahan bacaan dengan kehidupan pembacanya.
Saat ini koran telah terbit dengan spesifikasinya; ada yang mengkhususkan berdasarkan isi ada mengkhususkan berdasarkan tingkat pembacanya yang semuanya berorientasi profit. Dalam hal ini koran dapat digunakan sebagai sarana untuk menumbuhkan minat baca masyarakat Bagaimana strateginya? Pertama, kita tentukan siapa yang akan ditumbuhkan minat bacanya? Masyarakat umum? Mungkin terlalu sulit karena variabel pengiringnya sangat kompleks. Di samping itu, aktivitas membentuk suatu minat pada kelompok informal sangat sulit mengontrolnya, sehingga yang dapat dilakukan adalah imbauan atau penyadaran bukan tindakan menumbuhkan minat. Dengan demikian, penumbuhan minat yang dapat terkontrol dan dapat secara nyata terlihat adalah penumbuhan minat pada kelompok formal melalui edukasi.
Media massa dapat membentuk klub-klub baca pada setiap jenjang baik jenjang birokrasi di masyarakat atau berdasarkan keminatan objek bacaan. Dalam klub tersebut, anggota dapat menjadi motor yang dapat mempengaruhi orang lain berminat. Untuk menarik minat orang lain untuk maka perlu adanya rangsangan yang menarik, seperti kemudahan, pengistimewaan, dan hadiah. Dengan adanya rangsangan ini orang akan merespon berdasarkan persepsinya apa yang dilakukan dengan membaca. Kegiatan yang membaca koran yang tanpa harus hadir di arena lomba, tetapi dapat dilakukan di mana saja. Bentuk lomba membaca bukan sekedar membaca teknis, tetapi membaca dengan memberikan tanggapan apa yang dibacanya yang dituangkan dalam bentuk tulisan. Keuntungan kegiatan ini bukan hanya menumbuhkan minat baca masyarakat tetapi juga membelajarkan masyarakat untuk bernalar. Kegiatan ini merupakan kegiatan dengan tujuan jangka pendek yang dapat dilakukan oleh pelaku media massa. Untuk menumbuhkan minat membaca secara permanen dapat dilakukan di proses pembelajaran.

Guru dapat mengoptimalkan tugas membaca bukan untuk menghafal isi bacaan atau untuk mencari informasi saja, tetapi membaca digunakan untuk mengkonstruksikan informasi yang diperoleh melalui membaca membentuk pengetahuan baru. Hal ini diperlukan latihan secara struktural dengan bahan bacaan yang bermakna. Ruang ini dapat diambil oleh pelaku media massa khususnya media cetak, yaitu dapat dilakukan dengan adanya koran edukasi. Koran edukasi adalah koran yang secara khusus ditujukan untuk pembelajaran yang lebih mengutamakan pada how to learn. Seperti halnya TV edukasi yang ditangani oleh Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Depdiknas. Lalu siapa yang berminat untuk menangani koran edukasi untuk jutaan masyarakat sekolah ini? Inilah suatu tawaran yang dapat ditangkap oleh penerbit koran untuk memberikan kepedulian sosial bagi generasi mendatang.

Mengenai Saya

nama lengkap saya muhhamad rojaki styo projo, lahir di lampung 7 desember 1983. saat ini sedang menempuh pendidikan di yogyakarta state university. education of indonesian language. tepatnya pendidikan bahasa dan sastra indonesia angkatan 2004. alumnus smansa pagela tercinta .. mencintai smansa sampai akhir hayat.. insya Allah ..amien